FAHAMISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Attaubah 5 > Kenapa Musyrikin Arab Diperangi ?

Go down

Attaubah 5 > Kenapa Musyrikin Arab Diperangi ? Empty Attaubah 5 > Kenapa Musyrikin Arab Diperangi ?

Post  Admin Wed May 13, 2009 3:16 am

Surat Attaubah Ayat 5
adalah deklarasi Perang Abadi dengan Kafir ?


Allah swt berfirman dan direkam dalam lembaran Quran :

Surat Attaubah : 5
“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu , maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan . Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.
Ibnu Kathir :
This honorable Ayah (9:5) was called the Ayah of the Sword, about which :
Ad-Dahhak bin Muzahim said, "It abrogated every agreement of peace between the Prophet and any idolator, every treaty, and every term.''
Al-`Awfi said that Ibn `Abbas commented: "No idolator had any more treaty or promise of safety ever since Surah Bara'ah was revealed. The four months, in addition to, all peace treaties conducted before Bara'ah was revealed and announced had ended by the tenth of the month of Rabi` Al-Akhir.''


Sebagian menterjemahkan ayat ini sbg bentuk tertutupnya hubungan damai dgn kaum kafir, berganti menjadi kewajiban memerangi mereka hingga kiamat (perang abadi) kecuali jika mereka menjadi seorang muslim maka perang dihentikan. Dengan pemahaman seperti itu maka muslim dituntut mencurahkan segala tenaga dan harta untuk membiayai persiapan perang yang tiada henti hingga akhir zaman, serta mengesampingkan jauh-jauh upaya untuk mengikat perjanjian damai dgn pihak kafir , hanya ada 2 wilayah yg eksis yakni wilayah Islam atau wilayah Perang. Teori tersebut yang dalam pemikiran sederhana saja sudah menunjukkan bahwa ada hal yang ganjil. Sesuatu yang kita sebut “tidak masuk Akal”.
Ayat 5 surat Attaubah yang sebenarnya bersifat kasuistik telah berubah menjadi sebuah kaidah umum. Golongan musyrikin dikembangkan bukan hanya musyrikin saat surat itu turun tetapi musyrikin dikemudian hari hingga akhir zaman, sebagai kelompok orang yang harus dipaksa memeluk agama Islam dan jika tidak bersedia maka harus dibunuh (diperangi). Tapi bagaimana dengan wanita dan anak-anak kaum musyrikin ? haruskan mereka dibunuh juga untuk memenuhi penafsiran perang abadi dan pemaksaan agama pada surat Attaubah ayat 5 ini ?. bukankah rasulllah saw pernah bersabda untuk tidak membunuh wanita dan anak dalam peperangan ?.

Muslim recorded in his Sahih that :
Buraydah narrated that Allah's Messenger said: “Fight for the sake of Allah and fight those who disbelieve in Allah. Fight, but do not steal (from the captured goods), commit treachery, mutilate (the dead), or kill a child, or those who reside in houses of worship.

Bukhari and Muslim recorded in their Sahihs that :
Ibn `Umar said, "A woman was found dead during one of the Prophet's battles and the Prophet then forbade killing women and children. ''

Sebenarnya jika kita pun memegang dgn teguh dan benar ayat-ayat awalnya maka kita bia melihat betapa kuatnya indikasi kasuistik dalam surat Attaubah ini. Mari kita coba fahami Siapa kaum muysrikin dimaksud ?

Surat Attaubah : 1
pemutusan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya kepada orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) .

Pada ayat di atas musyrikin didefinisikan sbg hanya musyrikin yg mengadakan perjanjian dengan nabi saw. Bukan musyrikin India atau bali atau suku Navajo di Amerika yang tidak pernah mengikat perjanjian dengan Rasulullah saw. Musyrikin dalam ayat pertama sangat kasuistik dan tidak pernah berubah sifat kasuistisnya ini pada ayat 5.
Pertanyaan lainnya adalah apakah ada latar belakang terjadinya pemutusan perjanjian damai dengan kaum musyrikin ini ?. dan untuk alasan apa bahwa orang2 musyrikin tersebut harus dibunuh, ditangkap dan diintai dan dikepung?. Dan sebenarnya Allah swt sudah menerangkan dalam surat Attaubah sendiri alasan. Jelas motifnya adalah bukan semata-mata cara penyebaran agama dan bukan untuk dakwah melainkan lebih kepada pertimbangan keamanan muslim serta mencegah penistaan agama. Alasan2 PERANG thd musyrikin Allah terangkan dalam ayat berikut :

Surat Attaubah : 8-10 dan 12-13

• Bagaimana bisa , padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (memelihara) perjanjian. Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik .
Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu.
Mereka tidak memelihara kerabat terhadap orang-orang mu'min dan tidak perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
Jika mereka merusak sumpah nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (meremehkan) janjinya, agar supaya mereka berhenti.

• Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah , padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?. Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.

Tafsir Ibnu Kathir
(while they did attack you first), refers to the battle of Badr when the idolators marched to protect their caravan. When they knew that their caravan escaped safely, they still went ahead with their intent to fight Muslims out of arrogance, as we mentioned before. It was also said that these Ayat refer to the idolators breaking the peace agreement with Muslims and aiding Bani Bakr, their allies, against Khuza`ah, the ally of the Messenger of Allah . This is why the Messenger of Allah marched to Makkah in the year of the victory, thus conquering it, all thanks and praise is due to Allah.

Dari ayat di atas maka dapat dirumuskan alasan2 penyerangan terhadap kaum musyrikin yang dimaksud dalam surat Attaubah ayat 5 sebagai berikut :
1. bahwa perjanjian dengan kaum musyrikin dipandang tidak efektif akibat sikap mereka yang cenderung tidak mentaati poin2 perjanjian dng kaum muslimin.
2. bahwa kaum musyrikin melakukan penistaan agama dan mengganggu Islam.
3. Bahwa kaum musyrikin merusak sumpah dan janji.
Lalu pertanyaan berikutnya adalah bagaimana jika kondisi-kondisi di atas tidak terpenuhi pada kafir dhimmi ? haruskah kita perangi juga meraka, membunuh mereka wanita dan anak-anaknya serta memaksa mereka memeluk Islam ?. bolehkah ada ikatan perjanjian damai yang saling menguntungkan dengan mereka ?. sebaiknya mari kita lihat syarat tindakan militer pada kafir pada ayat yang lain.
Inisiatif perang dapat kita temukan pada surat Al Baqoroh ayat 190-193, sebagai berikut :

Surat Al Baqarah : 190-193 :

• Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
• Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu ; dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu , maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir.
• Kemudian jika mereka berhenti , maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

• Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti , maka tidak ada permusuhan , kecuali terhadap orang-orang yang zalim.

Tafsir Ibnu Kathir :

• Abu Ja`far Ar-Razi said that Ar-Rabi` bin Anas said that Abu Al-`Aliyah commented on what Allah said “And fight in the way of Allah those who fight you”, Abu Al-`Aliyah said, "This was the first Ayah about fighting that was revealed in Al-Madinah. Ever since it was revealed, Allah's Messenger used to fight only those who fought him and avoid non-combatants. Later, Surat Bara'ah (chapter 9 in the Qur'an) was revealed.''
`Abdur-Rahman bin Zayd bin Aslam said similarly, then he said that this was later abrogated by the Ayah:”then kill them wherever you find them” (9:5). However, this statement is not plausible, because Allah's statement: “...those who fight you” applies only to fighting the enemies who are engaged in fighting Islam and its people. So the Ayah means, `Fight those who fight you', just as Allah said (in another Ayah):”...and fight against the Mushrikin collectively as they fight against you collectively.” (9:36) This is why Allah said later in the Ayah: “And kill them wherever you find them, and turn them out from where they have turned you out.” meaning, `Your energy should be spent on fighting them, just as their energy is spent on fighting you, and on expelling them from the areas from which they have expelled you, as a law of equality in punishment.' Allah said: “but transgress not the limits. Truly, Allah likes not the transgressors.” This Ayah means, “Fight for the sake of Allah and do not be transgressors,” such as, by committing prohibitions. Al-Hasan Al-Basri stated that transgression (indicated by the Ayah), "includes mutilating the dead, theft (from the captured goods), killing women, children and old people who do not participate in warfare, killing priests and residents of houses of worship, burning down trees and killing animals without real benefit.'' This is also the opinion of Ibn `Abbas, `Umar bin `Abdul-`Aziz, Muqatil bin Hayyan and others.
• Muslim recorded in his Sahih that Buraydah narrated that Allah's Messenger said: “Fight for the sake of Allah and fight those who disbelieve in Allah. Fight, but do not steal (from the captured goods), commit treachery, mutilate (the dead), or kill a child, or those who reside in houses of worship.”
• It is reported in the Two Sahihs that Ibn `Umar said, "A woman was found dead during one of the Prophet's battles and the Prophet then forbade killing women and children. '' There are many other Hadiths on this subject.


Last edited by Admin on Wed May 13, 2009 3:19 am; edited 1 time in total

Admin
Admin

Posts : 14
Join date : 2009-05-12

https://fahamislam.board-directory.net

Back to top Go down

Attaubah 5 > Kenapa Musyrikin Arab Diperangi ? Empty Re: Attaubah 5 > Kenapa Musyrikin Arab Diperangi ?

Post  Admin Wed May 13, 2009 3:17 am

Setelah kita abaca ayat tersebut berikut tafsirnya maka kita sedikit bias mengambil kesimpulan bahwa konsep perang dalam Islam adalah pembelaan diri serta upaya menyelamatkan kemuliaan agama dan bukan semata sebagai bentuk penyebaran keyakinan.
Bentuk-bentuk pembelaan (defensive) dalam dilihat pada kata2 dalam ayat tersebut :
1. perangi yang memerangi
2. usir yang mengusir
3. jika penyerangan berhenti maka tidak ada permusuhan.
Dalam tafsir disebutkan bahwa 3 alasan yg menyebabkan muslm wajib berperang menurut `Abdur-Rahman bin Zayd bin Aslam dibatalkan oleh surat Attaubah yang sudah kita bahas di depan. Namun Ibnu Kathir sendiri mengemukakan pendapatnya akan pernyataan Abdurrahman bin Zayd bin Aslam ini sebagai pernyataan yang tidak masuk akal. Karena menurut Ibnu Kathir konsep surat Attaubah versi Abdurrahman tidak mungkin muslim memiliki energi tak terbatas untuk melakukan perang abadi sbgmana sebagian orang memahami surat attaubah sbg bentuk perang abadi. Menurut Ibnu Kathir muslim harus menyimpan energynya agar tidak habis dalam menjaga ummat dan kemuliaan agama. Ibnu Kathir juga menyertakan 2 buah hadits yang tidak mungkin disandingkan dgn konsep perang abadi sbg bentuk cara penyebaran Islam. Yakni sabda Rasulllah saw mengenai larangan membunuh wanita dan anak-anak serta agamawan dari kelompok kafir sbg implementasi dari ayat Quran akan perintah untuk tidak melampaui batas dalam berperang. Termasuk di dalamnya agar tidak melampaui batas2 energy yang dimiliki muslim untuk berperang.
Satu contoh lagi ayat izin berperang dalam Quran yang membuktikan bhw konsep perang dalam Islam adalah pembelaan diri dan preventif. Allah berfirman dalam surat Al Hajj

Surat Al Hajj : 39
“Telah diizinkan bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,
Tafsir Ibnu Kathir :
Allah prescribed Jihad at an appropriate time, because when they were in Makkah, the idolators outnumbered them by more than ten to one. Were they to engage in fighting at that time, the results would have been disastrous. When the idolators went to extremes to persecute Muslims, to expel the Prophet and resolving to kill him; when they sent his Companions into exile here and there, so that some went to Ethiopia and others went to Al-Madinah; when they settled in Al-Madinah and the Messenger of Allah joined them there, and they gathered around him and lent him their support, and they had a place where Islam prevailed, and a stronghold to which they could retreat; then Allah prescribed Jihad against the enemy, and this was the first Ayah to be revealed for it. Allah said: “Permission (to fight) is given to those fought against, because they have been wronged; and surely, Allah is able to give them victory. Those who have been expelled from their homes unjustly”. Al-`Awfi reported that Ibn `Abbas said; "They were driven out of Makkah to Al-Madinah unjustly, i.e., Muhammad and his Companions.''

Dan satu hal lagi mengenai sikap muslim thd kafir yang jelas-jelas Allah sisipkan dalam surat Attaubah itu sendiri, yakni tentang peluang terjadinya interaksi yg harmonis antara komunitas muslim dengan kafir baik dalam hubungan regional maupun international.

Surat Attaubah : 7 :
Bagaimana bisa ada perjanjian dari sisi Allah dan RasulNya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian di dekat Masjidilharaam ? maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.

Jika Attaubah ditafsirkan sebagai perang offensive yg tak terbatas yg bersifat wajib bagi ummat Islam untuk senantiasa berperang dgn orang2 kafir serta mengharamkan segala bentuk perjanjian damai dgn kafir maka tafsir ini mutlak tidak mendapat dukungan Quran pada ayat2 berikut :

A. Ayat tidak ada paksaan memeluk Islam
[2] Tidak ada paksaan untuk agama ; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. [/b]Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Tafsir Ibnu Kathir :
“There is no compulsion in religion”, meaning, "Do not force anyone to become Muslim, for Islam is plain and clear, and its proofs and evidence are plain and clear. Therefore, there is no need to force anyone to embrace Islam. Rather, whoever Allah directs to Islam, opens his heart for it and enlightens his mind, will embrace Islam with certainty. Whoever Allah blinds his heart and seals his hearing and sight, then he will not benefit from being forced to embrace Islam.''
It was reported that the Ansar were the reason behind revealing this Ayah, although its indication is general in meaning.
• Ibn Jarir recorded that :
Ibn `Abbas said ﴿that before Islam﴾, "When (an Ansar) woman would not bear children who would live, she would vow that if she gives birth to a child who remains alive, she would raise him as a Jew. When Banu An-Nadir (the Jewish tribe) were evacuated ﴿from Al-Madinah﴾, some of the children of the Ansar were being raised among them, and the Ansar said, `We will not abandon our children.' Allah revealed, “There is no compulsion in religion. Verily, the right path has become distinct from the wrong path.'' (Abu Dawud and An-Nasa'i also recorded this Hadith)
• Imam Ahmad recorded :
in which Anas said that the Messenger of Allah said to a man, "Embrace Islam.'' The man said, "I dislike it.'' The Prophet said, "Even if you dislike it.''
First, this is an authentic Hadith, with only three narrators between Imam Ahmad and the Prophet . However, it is not relevant to the subject under discussion, for the Prophet did not force that man to become Muslim. The Prophet merely invited this man to become Muslim, and he replied that he does not find himself eager to become Muslim. The Prophet said to the man that even though he dislikes embracing Islam, he should still embrace it, `for Allah will grant you sincerity and true intent.'


B. Ayat keberagaman manusia.
[49] Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

C. Ayat tidak adanya satu umat
[5] Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu , Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat , tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,
[b]
D. Tidak ada konsep memaka semua manusia beriman

[10] Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?

Pemahaman-pemahaman yang menolak perang abadi dan anti damai dgn kafir juga dikemukan para ulama-ulama Islam. Semuanya sepakat bahwa penyebaran agama bukan dengan pedang.

Abdul Wahab Khalaf, al Siyasah al Syar’iyyah (Kairo Dar al Anshar 1977) hal 71-2
Perumus teori ini memandang perdamaian sebagai tingkat hubungan2 yang normal antara warga muslim dan non muslim. Argument dasarnya adalah bahwa Islam cenderung kepada perdamaian dan bukan perang. Tegasnya agama itu tidak mengizinkan membunuh seseorang lantaran beda agama. Serangan kepada pihak lain pun hanya dibenarkan andai pihak orang2 yg tidak beriman itu mendahului penyerangan atau secara aktif merintangi dakwah Islam. Jadi orang2 kafir yang tidak menyerang umat Islam atau mencederai agama, maka mereka tidak menjadi sasaran penyerangan dan ummat Islam pun tidak perlu segan menjalin hubungan timbal balik yang saling menguntungkan dengan mereka. Islam memberlakukan perang sebagai ukuran yang diperlukan untuk mempertahankan diri dari berbagai cengkeraman dan agresi luar, bukan sebagai cara untuk meluaskan agama.

Majid Khadduri, The Islamic Law of Nation (Baltimore : John Hopkins Press, 1996) hal 59.
Ibnu Taymiah berkata : “Andai seseorang kafir harus dibunuh lantaran tidak bersedia masuk Islam, maka perilaku tersebut bertentangan dengan aturan Al Quran yang menegaskan bahwa “tidak ada paksaan dalam memeluk Islam” [2 : 256]”

NIzar Madani, the Islamic content (disertasi Ph.D yg tdk diterbitkan The American University, Washington DC, 1977) hal 19-20.
Abu Hanifah (faqih) berkata : “Jihad adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim, namun ummat Islam tidak diharuskan untuk berperang jika tidak dipandang perlu”.

Ibnu Taymiah, Majmu Fatawa jilid 29 hal. 140 :
Sufyan At Tsauri berkata : “Tidak wajib bagi umat Islam untuk memerangi kaum kafir (dhimmi) kecuali jika mereka mendahului penyerangan, jika mereka menyerang terlebih dahulu maka ummat Islam wajib membalas serangan itu demi mempertahankan diri” .


KESIMPULAN :
:-" Pemutusan Hubungan dgn Musyrikin Arab bukanlah pemulusan dilancarkannya Perang tanpa sebab kepada mereka, namun lebih kepada sikap musyrikin yang memposisikan mereka sbg ancaman bagi kaum muslimin dgn sikap mereka yg tidak menghargai poin2 perjanjian.

:-" Perintah memerangi kaum musyrikin bukan perang tanpa alasan yang rasional. penyerangan lebih kepada kebrilian strategi perang rasulullah saw sbg implementasi dari MOTIF UTAMA yakni menyelamatkan ummat dari segala jenis ancaman yang berpotensi besar dan berbahaya.


[b]Sekian
HEADFIXER

Admin
Admin

Posts : 14
Join date : 2009-05-12

https://fahamislam.board-directory.net

Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum